# Tags
#Bisnis

TW-III/2022, Ekspor Motor Penggerak Pemulihan Ekonomi Sumut

KampusMedan – Medan, Pertumbuhan ekonomi Sumut 4,97% (yoy) pada triwulan III-2022, lebih tinggi dibandingkan triwulan II sebelumnya di kisaran 4,70%.. Konsumsi rumah tangga dan lapangan usaha pertanian yang menguasai pangsa terbesar dari sisi pengeluaran dan produksi relatif termoderasi. Meskipun demikian, kinerja ekspor masih menjadi motor penggerak ekonomi utama Sumatera Utara. Hal ini juga turut ditopang oleh tetap kuatnya permintaan domestik, khususnya investasi sejalan dengan masih berlangsungnya akselerasi pembangunan berbagai proyek strategis. Sebagian besar sektor utama seperti perdagangan, industri dan transportasi juga mencatatkan akselerasi.

Demikian dikemukakan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumut, Doddy Zulverdi, saat Bincang-Bincang Media (BBM) Desember 2022 secara luring dan daring, Selasa (27/12/2022). Menurutnya, tetap kuatnya ekonomi di Sumatera Utara tercermin dari beberapa indikator ekonomi terkini. Aktivitas perdagangan dan dunia usaha terus meningkat tercermin dari peningkatan Indeks Penjualan Riil. Mobilitas yang tinggi juga tercermin dari perkembangan penumpang angkutan udara yang terus meningkat.

Di sisi lain, masih tingginya ekspektasi inflasi berisiko menahan aktivitas konsumsi masyarakat. Kinerja ekspor diprakirakan sedikit tertahan sejalan dengan termoderasinya harga komoditas utama. Hasil liaison Bank Indonesia mengkonfirmasi adanya penurunan permintaan ekspor dan domestik dibandingkan tahun sebelumnya, sejalan dengan kenaikan biaya bahan baku

Untuk tahun 2023, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara diperkirakan tertahan meski masih kuat yakni berkisar 3,9% s.d 4,7% (yoy). Dari sisi pengeluaran, sumber perlambatan diperkirakan berasal dari kinerja net ekspor sebagai akibat dari perlambatan ekonomi dunia. Hal ini diperkirakan akan berimbas terhadap pendapatan masyarakat dan lebih rendahnya Konsumsi RT di tengah masih adanya risiko tekanan geopolitik yang berpotensi mendorong stagflasi, bahkan reflasi. Konsumsi pemerintah diprakirakan tetap tumbuh positif seiring dengan dukungan fiskal terkait optimalisasi anggaran belanja d.r. pengendalian inflasi dan pembangunan infrastruktur strategis nasional.

Hingga akhir tahun 2022, perekonomian Sumatera Utara diprakirakan tumbuh lebih tinggi dari tahun 2021 dengan rentang proyeksi 4,1%-4,9% (yoy). Kian pulihnya mobilitas dan membaiknya daya beli akan mendorong konsumsi masyarakat. Tingginya harga komoditas utama pada semesteri pertama serta berlanjutnya program PEN juga diprakirakan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 2022 lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

Namun demikian, terus berlanjutnya konflik geopolitik yang berisiko melanjutkan gangguan rantai pasok dan permintaan dari negara mitra dagang serta perkembangan ekonomi global yang diwarnai inflasi yang tinggi menjadi risiko yang dapat menahan pertumbuhan lebih lanjut.

Pertumbuhan ekonomi nasional triwulan III 2022 mencapai 5,72% (yoy), lebih tinggi dari prakiraan dan capaian triwulan sebelumnya sebesar 5,45% (yoy). Kinerja ekonomi ditopang oleh berlanjutnya perbaikan permintaan domestik dan tetap tingginya kinerja ekspor.Perbaikan ekonomi juga tercermin pada peningkatan pertumbuhan mayoritas LU, terutama Industri Pengolahan, Transportasi & Pergudangan, serta Perdagangan Besar & Eceran.Secara spasial, perbaikan ekonomi ditopang oleh pertumbuhan yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia, dengan pertumbuhan tertinggi tercatat di wilayah Sulampua, diikuti Balinusra, Jawa, Kalimantan, dan Sumatera.

Dari sisi Inflasi, inflasi Sumatera Utara diprakirakan meningkat hingga akhir tahun 2022 dan kembali menurun pada tahun 2023. Kondisi pandemi yang lebih baik dari tahun sebelumnya mendorong kenaikan permintaan pada tahun 2022. Berlanjutnya disrupsi rantai pasokan juga mendorong kenaikan harga energi yang disertai adanya kenaikan harga BBM bersubsidi di level domestik. Sementara, laju inflasi pada tahun 2023 diprakirakan lebih rendah didukung perbaikan rantai pasokan global dan perbaikan produksi bahan pangan di tengah mulai terbatasnya dampak kenaikan harga BBM bersubsidi di awal tahun 2023.

Inflasi nasional pada bulan November 2022 tercatat sebesar 5,42% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 5,71% (yoy) didorong oleh berlanjutnya musim panen yang berdampak pada terjaganya pasokan.Inflasi November 2022 mengalami penurunan dari bulan sebelumnya menjadi sebesar 5,70% (yoy), sejalan dengan sinergi dan koordinasi kebijakan yang erat melalui TPIP-TPID dan GNPIP dalam mendorong ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, kestabilan harga, dan komunikasi efektif.

Inflasi AP berada pada angka 13,01% (yoy) dan tetap diperlukan penguatan koordinasi untuk memitigasi dampak lanjutan dari penyesuaian harga BBM dan tarif angkutan. Sementara itu, inflasi inti tetap terjaga rendah sebesar 3,30% (yoy) sejalan dengan lebih rendahnya dampak rambatan penyesuaian harga BBM dan belum kuatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan.

Penyaluran kredit perbankan melambat dari 11,11% (yoy) pada triwulan III 2022 menjadi 6,41% (yoy) pada November 2022. Perlambatan berasal dari menurunnya pertumbuhan kredit investasi seiring dengan pola musiman periode pembayaran proyek korporasi oleh principal yang mendorong pelunasan sebagian kredit. Meski demikian, kredit modal kerja dan kredit konsumsi masih mencatat peningkatan pertumbuhan pada November 2022.

Dari sisi sektoral, sektor utama Sumut seperti Pertanian, Industri Pengolahan, dan Konstruksi mengalami perlambatan pertumbuhan kredit, namun tidak dengan kredit Perdagangan yang mencatat kenaikan pertumbuhan. Adapun pada November 2022, kredit konstruksi dan pertanian tercatat kontraksi. Di sisi lain, NPL sektor utama masih relatif terjaga, kecuali sektor perdagangan dan konstruksi yang telah mencapai lebih dari 5% pada November 2022 sehingga perlu diwaspadai.

Intermediasi Perbankan tercermin dari nilai LDR (Loan to Deposit Ratio) terindikasi mengalami perlambatan pada November 2022 yang mencapai 83,3% dibandingkan tw III 2022 yang tercatat 84,7%. Hal ini sejalan dengan perlambatan pada kredit rumah tangga dan kredit korporasi pada November 2022. Di sisi lain, kinerja kredit UMKM mengalami peningkatan dari tw III 2022 dengan pertumbuhan sebesar 16,00% (yoy) menjadi 17,32% (yoy).

Risiko kredit perbankan relatif terjaga meskipun terjadi peningkatan NPL dari triwulan III 2022 sebesar 2,46% menjadi 2,50% pada November 2022, namun masih dalam batas wajar di bawah 5%. Dari sisi kredit, kredit modal kerja mencatat perbaikan risiko kredit, disusul oleh NPL kredit konsumsi yang terjaga stabil.

Sementara itu, risiko kredit investasi terpantau meningkat namun masih dalam batas wajar. Hal ini diperkirakan sejalan dengan upaya perbaikan kualitas kredit pada debitur terdampak COVID-19 yang dilakukan oleh Pemerintah melalui restrukturisasi kredit yang mencapai -26% (yoy) pada November 2022. Pertumbuhan restrukturisasi kredit negatif seiring dengan telah terlewatinya puncak pertumbuhan pada triwulan I 2021.(RED/MBB)