# Tags
#Medan

RE Nainggolan: GPP Harus jadi Gereja yang Kritis Menyuarakan Kenabian

KampusMedan – Medan, Gereja Protestan Persekutuan (GPP) harus jadi teladan, gereja yang kritis tetapi membangun, menjemaat, dan menyuarakan suara kenabian agar kualitas hidup berbangsa dan bernegara serta kualitas hidup jemaat semakin bagus.

Hal itu ditegaskan oleh tokoh masyarakat Sumatera Utara Dr. RE Nainggolan MM dan Jadi Pane SPd MM saat didaulat memberikan sambutan di acara pelantikan Bishop dan Sekjen yang baru Gereja Protestan Persekutuan, yaitu Pdt. M. Simaremare STh MM sebagai Bishop dan Pdt. BJ. Hutauruk STh sebagai Sekjen di Gereja Protestan Pesekutuan Jln. Pelajar Medan, menggantikan Bishop Emeritus Pdt. E. Tambunan STh MTh dan Sekjen mama Pdt. Barimbing, Minggu (25/04/2021).

Kepada pimpinan Gereja yang baru, Dr. RE Nainggolan MM berpesan agar kedepan visi dan misi gereja harus fokus pada pemberdayaan jemaat. “Bagaimana meningkatkan kualitas hidup jemaat dengan pembekalan karakter yang kuat, iman Kristen yang terukur, pendampingan secara teratur, dan pelayanan yang sama bagi semua jemaat agar mereka makin terberdayakan di tengah –tengah pandemi Covid-19 ini. Hal ini tidak lepas dari fungsi dan peran Gereja yang memangs angat besar dalam memebrikan pelayanan kepada warga jemaatnya. Fenomena fungsi gereja yang masih kurang maksimal tidak boleh terjadi di GPP ini”, tegas Dr. RE Nainggolan lagi.

Dr. RE Nainggolan kembali menegaskan, saa ini semua gereja dan jemaatnya menghadapi tantangan jaman yang semakin besar dan kompleks. Tantangan jaman dengan hadirnya kecerdasan buatan (artificail inteleigence), Internet of Things (IoTS) adalah sebuah tantangan yang tidak bisa kita hindari. “Kita tidak akan bisa sembunyi dari era globalisasi yang sedang melanda dunai saat ini. Kehadiran berbagai kemudahan dengan munculnya internet of Things (IoT), kecerdasan buatan, sistem komputerisasi yang menekankan efektivitas dan efisiensi akan dihadapi oleh gereja. Gereja harus siap dengan perubahan yang revolusioner dengan tetap mengedepankan suara kenabian sebagaimana yang diajarkan oleh Yesus Kristus sebagai Kepala Gereja”, tegas Dr. RE Nainggolan.

Dr. RE Nainggolan menambahkan, saat pandemi Covid-19 melanda dunia kebaktian ibadah yang sering kita lakukan dengan pola-pola kebiasaan lama, tergantikan oleh ibadah yang sifatnya virtual (online). “Ini adalah sebuah bukti betapa semua gereja perlu melakukan adaptasi diri. Artinya, gereja harus melakukan pembenahan untuk mempersiapkan diri dengan sistem ibadah virtual. Ini hanya secuil contoh saja dimana gereja saat ini harus mampu beradaptasi dengan kecanggihan teknologi. Saya berharap kepada dua pimpinan yang baru agar mampu menjalankan kepemimpinan yang melayani, merangkul semua pihak, mengedepankan transparansi tata kelola Gereja, dan juga koordinasi dengan pemerintah”,pungkasnya.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Jadi pane SPd MM. Jadi Pane mengatakan agar GPI tetap komit dalam menyuarakan suara kenabian dalam konteks kebangsaan dan kenegaraan. “Saatnya GPP kembali merefleksikan bagaimana medan pelayanan yang holistik agar bisa menjangkau semua jemaat, sehingga peran serta jemaat dalam konteks kebangsaan dan pembangunan NKRI bisa lebih bagus lagi”, tegas Jadi Pane lagi.(REL/MBB)