# Tags
#Bisnis

Gubernur BI: Pemulihan Ekonomi Global Tidak Seimbang

KampusMedan – Jakarta, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo membeberkan proses pemulihan ekonomi global tidak selalu berjalan mulus. Hal itu diprediksi akan terus berlanjut di 2022 dimana pemulihan antara satu negara dengan yang lain tidak seimbang

“Ketidakseimbangan pemulihan ekonomi global itu dikarenakan pelaksanaan vaksinasi COVID-19 yang tidak merata. Begitu juga dengan pemberian stimulus fiskal dan moneter.Di negara-negara maju bisa melakukan vaksinasi secara cepat, melakukan stimulus secara besar-besaran, tapi di negara berkembang kemampuan itu terbatas. Belum lagi banyak negara berkembang terutama di Afrika terbebani utang, itulah ketidakseimbangan dalam ekonomi global,” ujar Perry Warjiyo, yang juta Ketua Umum ISEI Indoensia, Senin (21/3/2020).

Ketidakseimbangan ekonomi global tersebut menurutnya berlanjut di 2022. Diperkirakan 2022 ini pertumbuhan ekonomi dunia bisa tumbuh 4,4%, tapi ketidakseimbangan masih berlanjut karena kemampuan untuk pulih dari COVID memang tidak seimbang. Ia berkaca pada pertumbuhan ekonomi global di 2021 yang sebesar 5,7%.“Ekonomi global yang tumbuh tinggi itu bertumpu pada dua negara besar yaitu Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok yang tentu saja jadi tidak seimbang,” tuturnya.

Perry kemudian membeberkan tiga tantangan yang dihadapi dalam pemulihan ekonomi global, yakni dampak normalisasi kebijakan negara-negara maju, dampak COVID-19 terhadap kondisi sektor riil atau scarring effect, dan ketegangan geopolitik yang terjadi Rusia dengan Ukraina.“Itu menjadikan permasalahan pemulihan ekonomi global lebih sulit dan harus kita lakukan bersama,” tandasnya.***DTK

Sementara itu, Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo mengatakan di Medan, ada tiga agenda besar G-20 yang disampaikan Indonesia, dan ternyata disepakati negara lain, yang akan dibahas di tingkat kepala negara November 2022 mendatang, yaitu global health arcitecture, digital transformation dan sustainable ebergy transition. Sementara itu ada enam agenda prioritas jalur keuangan yang secara intensif digodok BI.

Adapun keenam agenda tersebut antara lain exit strategy tu support recovery, addressing scarring effect to secure future growth, payment system in digital era, sustainable finance, digital financial inclusion dan international taxation.”Lalu pertanyaannya adalah apa manfaat yang diperoleh daerah dari G-20? Salah satunya UKM harus tumbuh dengan metode digital, jangan hanya korporasi menikmati digitalisasi”,ujarnya.

Ia mengajak pemimpin daerah termasuk Sumut untuk melihat seberapa jauh korporasi terkena luka akibat covid-19. “Sumut beruntung harga CPO naik lagi 23 persen diatas harga yang sudah naik sebelumnya. Tapi jangan hanya CPO yang berkembang, sektor lainnya harus juga didorong seperti jasa, pariwisata”,pungkasnya.(RED/MBB)