# Tags
#Bisnis

Doddy Zulverdi: BI Kendalikan Ekspektasi Inflasi Berlebih

KampusMedan – Medan, Dalam upaya menekan laju inflasi yang hingga akhir September 2022 sudah melampauisasaran inflasi maksimum 4%, inflasi Sumatera Utara pada tahun 2022 diprakirakan lebih tinggi dari 2021, serta berpotensi berada di atas batas sasaran inflasi nasional 3% plus minus 1%, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Utara terus melakukan berbagai upaya pengendalian.

Didampingi Deputi Direktur BI Sumut, Azka Subhan Aminurridho dan Wakil Deputi Direktur Poltak Sitanggang, Selasa (25/10/2022), Kepala Kantor Perwakilan BI Sumut Doddy Zulverdi memaparkan upaya pengendalian yang dilakukan BI bukan hanya memonitor angka-angka yang dikeluarkan BPS, tapi juga memonitor dan mengendalikan ekspektasi inflasi yang diproyeksikan sejumlah lembaga keuangan dan para pengamat.

“Kalau ekspektasi inflasi yang diproyeksikan perbankan dan lembaga keuangan lainnya termasuk para pengamat tinggi, maka bisa-bisa jadi betul terjadi. Oleh karena itu, kita tetap memonitor dan mengendalikan inflasi tersebut. Kita terus memonitor dan mewaspadainya. Jika proyeksi inflasi tersebut tinggi, maka kita naikkan bunga, supaya inflasi tersebut terkendali”,ujar Doddy.

Menurutnya, pada bulan Oktober 2022, inflasi Sumatera Utara secara bulanan diprakirakan lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Puncak panen raya aneka cabai yang diprakirakan berlangsung di bulan Oktober akan menambah pasokan cabai di Sumut. Selain itu, Koordinasi TPIP maupun TPID Provinsi dan Kab/Kota dalam GNPIP juga diprakirakan akan menjaga stabilitas harga pangan seperti melalui penyelenggaraan operasi pasar/pasar murah.

Doddy optimis inflasi Sumut terkendali, sebab ada Koordinasi program pengendalian inflasi TPID Sumut untuk menjaga ketersediaan pasokan dan urban farming, Optimalisasi penggunaan pupuk organik, serta Implementasi Digital Integrated Farming, perbaikan pola tanam dan pemetaan siklus tanam terutama di daerah
produsen pangan, Optimalisasi peran BUMDes sebagai offtaker produk dari petani.

Selanjutnya, Doddy mengatakan percepatan realisasi anggaran pengendalian inflasi, dampak kenaikan BI7DRR, dan penurunan harga BBM Pertamax per 1 Oktober 2022 juga diprakirakan menjadi faktor penahan inflasi Sumatera Utara periode Oktober 2022.

Di sisi lain, lanjut Doddy, masih terdapat faktor pendorong inflasi Sumut pada Oktober 2022, yakni prakiraan tingginya curah hujan dan sifat hujan, berlanjutnya dampak kenaikan harga BBM subsidi terhadap biaya hidup dan biaya angkut, serta tren tingginya harga gabah baik di tingkat petani maupun penggilingan.

“Dengan terus berlanjutnya di tengah percepatan pemulihan ekonomi dan normalisasi permintaan masyarakat, inflasi Sumatera Utara pada tahun 2022 diprakirakan lebih tinggi dari 2021 serta berpotensi berada di atas batas sasaran inflasi nasional,” tutur Doddy.

Pertumbuhan Ekonomi Sumut

Menurut Doddy, kuatnya ekonomi di Sumatera Utara tercermin dari tetap tingginya mobilitas masyarakat yang dapat mendorong konsumsi, meski pada triwulan III mengalami moderasi dari mobilitas yang tinggi pada triwulan sebelumnya. Perekonomian Sumatera Utara tahun 2022 diprakirakan tumbuh lebih tinggi dari tahun 2021, dengan rentang proyeksi 4,1%-4,9% (yoy). Kian pulihnya mobilitas dan membaiknya daya beli akan mendorong konsumsi masyarakat.

Pulihnya Mobilitas dan Membaiknya Daya Beli Menjadi Pendorong Pertumbuhan Ekonomi Sumut Tahun 2022. Perekonomian Sumatera Utara (Sumut) tahun 2022 diprakirakan tumbuh lebih tinggi dari tahun 2021 dengan rentang proyeksi 4,1%-4,9% (yoy).Prakiraan tersebut dikarenakan kian pulihnya mobilitas dan membaiknya daya beli akan mendorong konsumsi masyarakat. Tingginya harga komoditas utama pada semester pertama serta berlanjutnya program PEN, juga diprakirakan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 2022 lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

Namun demikian masih dikatakan Doddy Zulverdi, terus berlanjutnya konflik geopolitik yang berisiko melanjutkan gangguan rantai pasok dan permintaan dari negara mitra dagang, serta perkembangan ekonomi global yang diwarnai inflasi yang tinggi menjadi risiko yang dapat menahan pertumbuhan lebih lanjut. “Untuk faktor yang mendorong bias ke atas yakni perbaikan rantai pasokan global yang berpotensi mendorong tetap terjaganya kinerja perdagangan global, tetap tingginya harga ekspor komoditas disertai upaya pemerintah dalam mendorong ekspor komoditas utama seperti CPO”,tegasnya.

Sedangkan untuk faktor-faktor yang mendorong bias ke bawah di antaranya, pandemi Covid-19 yang belum selesai dan wabah penyakit baru yang berisiko menahan mobilitas dan aktivitas masyarakat. Kemudian konflik geopolitik yang terus berlanjut dapat memperpanjang kebijakan proteksionisme pangan global sehingga kembali mengganggu rantai pasok dan mendorong kenaikan inflasi global dan dari sisi investasi dapat mengakibatkan sikap investor yang wait and see dan cenderung berinvestasi kepada aset safe haven, “papar Doddy Zulverdi.

Dalam BBM Bulanan Bulan Oktober 2022 yang digelar secara offline dan online tersebut, KPw BI Provinsi Sumut ini juga menyampaikan kalau pada periode September 2022, komoditas bensin, angkutan dalam kota, beras, solar dan angkutan antar kota menjadi penyumbang inflasi terbesar Sumatera Utara. “Kondisi ini sejalan dengan adanya kebijakan penyesuaian harga BBM Pertalite, Solar dan Pertamax yang dilakukan oleh Pemerintah per tanggal 3 September 2022, dengan kenaikan masing-masing sebesar 30,72% (Pertalite), 32,04% (Solar) dan 16,00% (Pertamax non-subsidi)”, paparnya.

Menurutnya, kenaikan harga bensin dan solar, selanjutnya juga tertransmisikan terhadap kenaikan biaya operasional kendaraan, sehingga tarif angkutan antar kota maupun angkutan dalam kota turut meningkat signifikan. Sementara itu, peningkatan harga beras disebabkan oleh kenaikan harga gabah di tengah panen yang tidak optimal dan meningkatnya biaya angkut komoditas pangan akibat penyesuaian harga BBM. Inflasi Sumut lebih tinggi tertahan oleh deflasi komoditas hortikultura dan angkutan udara, “tutup Doddy Zulverdi.(RED/MBB)