# Tags
#Bisnis

BI Sumut: Inflasi Agustus Turun, Inflasi September akan Naik

KampusMedan – Medan, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah (KPw BI) Provinsi Sumatera Utara (Sumut), Doddy Zulverdi, mengatakan tekanan inflasi Provinsi Sumut pada bulan Agustus 2022 mengalami penurunan. Namun pada triwulan III ini, terutama di bulan September 2022, diprediksi inflasi akan meningkat sampai akhir tahun 2022.

Hal ini akibat kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang resmi diumumkan pemerintah pada tanggal 3 September 2022, diantaranya akan berdampak pada kenaikan harga-harga produksi pangan.Di mana pada Bulan Agustus 2022, tekanan inflasi tahunan Sumatera Utara tercatat sebesar 5,39% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencatatkan angka 5,62% (yoy), namun masih berada di atas rentang target inflasi nasional 3±1%.

“Komoditas cabai merah dan angkutan udara masih menjadi faktor utama pembentukan inflasi tahunan Sumatera Utara pada bulan Agustus 2022. Berdasarkan disagregasinya, inflasi tahunan periode berjalan didorong oleh seluruh komponen inflasi, Khususnya pada Volatile Food yang mencatatkan andil inflasi tertinggi sebesar 2,32% (yoy), “ ujar Doddy Zulverdi saat menggelar Bincang Bareng Media (BBM) Bulanan  September tahun 2022 bersama dengan awak media secara offline dan online, Selasa (6/9/2022).

Sementara untuk komponen Core Inflation dan Administered Prices mencatatkan andil masing-masing sebesar 2,09% (yoy) dan 1,08% (yoy). Pada bulan September 2022, inflasi Sumatera Utara, secara bulanan diprakirakan lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Tidak hanya kenaikkan harga BBM pertalite, solar, dan pertamax yang mendorong meningkatnya laju inflasi di Sumut, lanjutnya, namun kenaikan harga pupuk dan pakan ternak, serta tingginya harga gabah yang dapat mendorong kenaikan harga beras juga diprakirakan menjadi faktor pendorong pembentuk inflasi Sumatera Utara periode September 2022.

Masih tingginya curah hujan dan peningkatan sifat hujan di bulan September 2022, berpotensi mengganggu produktivitas dan mendorong kenaikan harga komoditas pangan.“Berlanjutnya kenaikan harga pupuk dan pakan ternak, kenaikan harga BBM Pertalite, Solar, hingga Pertamax, serta tingginya harga gabah yang dapat mendorong kenaikan harga beras juga diprakirakan menjadi faktor pendorong pembentuk inflasi Sumatera Utara periode September 2022,”tandasnya.

Di sisi lain, sebut Doddy Zulverdi, laju inflasi lebih tinggi dapat tertahan oleh berlanjutnya panen raya bawang merah dan aneka cabai, koordinasi TPIP dan TPID dalam Gernas PIP, serta optimalisasi anggaran BTT untuk pengendalian inflasi di daerah sebagai dampak spillover eksternal dan domestik, di tengah percepatan pemulihan ekonomi dan normalisasi permintaan masyarakat, inflasi Sumut pada tahun 2022

diprakirakan lebih tinggi dari 2021 serta berpotensi berada di atas batas sasaran inflasi nasional 3%±1%.“Namun demikian, terdapat faktor-faktor pendorong dan penahan inflasi yang dapat dicermati dan diantisipasi sebagai langkah pengendalian inflasi, antara lain koordinasi program pengendalian inflasi TPID Sumut untuk menjaga ketersediaan pasokan dan urban farming. Optimalisasi penggunaan pupuk organik, serta Implementasi Digital & Integrated Farming. Perbaikan pola tanam dan pemetaan siklus tanam terutama di daerah produsen pangan. Optimalisasi peran BUMDes sebagai offtaker produk dari petani dan program-program lainnya”,kata Doddy Zulverdi.(RED/MBB)