# Tags
#Bisnis

BI: Pertumbuhan Ekonomi Sumut TW III Diprakirakan Tertahan

KampusMedan – Medan, Realisasi PDB pada triwulan II 2021 tercatat 7,07% (yoy), meningkat tajam dari kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar 0,71% (yoy). Pertumbuhan ekonomi ditopang oleh kinerja positif seluruh lapangan usaha (LU) dan peningkatan pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah. Meski demikian pada triwulan III 2021 diprakirakan sedikit tertahan dipengaruhi oleh kebijakan pembatasan mobilitas yang harus ditempuh oleh Pemerintah untuk mengatasi kenaikan kasus varian delta Covid 19. Namun, perkembangan hingga awal Agustus 2021 mengindikasikan aktivitas ekonomi mulai membaik.

Demikian dikemukakan Kepala kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumut, Soekowardojo, Selasa (24/8/2021), dalam program Bincang-Bincang Media secara virtual. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Sumut mengalami fase bounce back di triwulan II 2021, didukung faktor base effect dan perkembangan indikator terkini. Dari sisi pengeluaran, ekspor tercatat sebagai sumber pertumbuhan ekonomi, didorong oleh akselerasi indeks PMI global, pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang, serta kenaikan harga komoditas makanan dan CPO di pasar internasional.

Secara umum, inflasi Sumatera Utara tahun 2021 diperkirakan akan meningkat dibandingkan tahun 2020. Tren kenaikan ini telah mulai terlihat dalam 3 bulan terakhir. Kenaikan tekanan inflasi seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian, didukung percepatan program vaksinasi oleh Pemerintah. Selanjutnya aktivitas perekonomian pada beberapa industri seperti otomotif juga telah mulai beroperasi meski masih terbatas. Dengan perkembangan tersebut, realisasi inflasi Sumut tahun 2021 diproyeksikan masih berada pada rentang sasaran nasional 3%±1%, dengan potensi bias bawah.

Pembatasan kegiatan yang diterapkan sejak tanggal 3 Juli 2021 di sejumlah daerah berjalan efektif, tercermin dari mobilitas masyarakat yang tertahan. Namun hasil Survei Konsumen (SK) dan Survei Penjualan Eceran (SPE) menunjukkan bahwa PPKM turut berpotensi memperlambat akselerasi pertumbuhan utamanya konsumsi rumah tangga. Pelaku usaha dari hasil Liaison mengonfirmasi adanya penurunan permintaan domestik dan harga jual memasuki triwulan III 2021. Di sisi lain terdapat angin segar dari eksternal, di mana kinerja ekspor terus menguat, ditopang apresiasi harga komoditas dan perbaikan PMI mitra dagang.

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2020 mengalami kontraksi yang cukup dalam -1,07% (yoy). Dengan adanya rebound ekonomi yang terjadi pada triwulan II-2021, diproyeksi pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun 2021 akan terus terakselerasi. Meskipun perkembangan kasus positif COVID-19 serta penerapan kebijakan PPKM Level 4 diprakirakan akan menahan laju permintaan domestik, namun upaya akselerasi vaksinasi diproyeksi menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi. Pada
keseluruhan tahun 2021, ekonomi Sumut diprakirakan akan terakselerasi dengan potensi bias bawah, sejalan dengan pelaksanaan kebijakan PPKM Level 4.

Memasuki bulan Juli 2021, ketahanan sistem keuangan relatif stabil di tengah ketidakpastian ekonomi dampak PPKM di beberapa kota di Sumut (Medan dan Sibolga). Perkembangan aset dan profitabilitas tidak menunjukan perubahan yang signifikan. Disisi lain, intermediasi perbankan (LDR) mencatat peningkatan (84,2% -> 84,7%) . Kredit tertahan (Undisbursed Loan) mencatat peningkatan oleh seluruh kelompok. Adapun spread bunga perbankan relatif stabil pada angka 5,2%, sedikit naik dibandingkan pada TW II 2021 sebesar 5,1%, namun tetap sejalan dengan belum adanya perubahan BI7DRRR yang masih di angka 3,5%.

Penyaluran kredit mengalami perlambatan (4,12% -> 3,24%) tertahan oleh melemahnya Kredit Investasi (KI) hingga -10,56%. Namun demikian secara nominal, penyaluran kredit menunjukkan perbaikan dibandingkan triwulan II. Dari sisi sektoral, penyaluran pembiayaan meningkat pada sektor utama PBE dan konstruksi, namun mencatat penurunan pada sektor pertanian dan industri pengolahan. Pertumbuhan kredit yang melambat sejalan dengan pertumbuhan restrukturisasi kredit di seluruh sektor utama
Sumatera Utara. Namun demikian, risiko gagal bayar (NPL) masih relatif terjaga di angka 3,31%

Di tengah ketidakpastian ekonomi, pertumbuhan DPK perbankan menunjukkan penurunan (12,35% -> 11,02%) didorong oleh penurunan pada kelompok perbankan jenis simpanan giro dan deposito. Berdasarkan nominal, seluruh jenis simpanan mengalami penurunan mengindikasikan PPKM yang berkepanjangan diiringi dengan suku bunga rendah berdampak pada penurunan minat deposan untuk menabung. Selain itu, berdasarkan golongan nasabah, penurunan DPK juga didorong oleh optimalisasi Belanja
Pemerintah serta Swasta yang diduga cenderung menempatkan simpanannya dalam bentuk lain atau digunakan untuk modal kerja. Sementara itu, secara spasial, DPK di seluruh Kab/Kota di Sumatera Utara mencatatkan pertumbuhan dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.(RED/MBB)