# Tags
#Bisnis

BI: Laju Pemulihan Ekonomi Sumut Terus Berlanjut

KampusMedan – Medan, Sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional, kinerja ekonomi Sumatera Utara (Sumut) tetap tumbuh. Hal tersebut tercermin dari sejumlah indikator ekonomi Sumut, seperti peningkatan Indeks Penjualan Riil yang mengindikasikan tetap kuatnya aktivitas perdagangan dan dunia usaha. Mobilitas juga tetap tinggi yang tercermin dari perkembangan penumpang angkutan udara yang terus meningkat.

Menurut Kepala Perwakilan Wilayah Bank Indonesia (KPwBI) Sumatera Utara Doddy Zulverdi didampingi Deputi Bidang Moneter Aska Subhan Aminuridho, Deputi Bidang Moneter Ibrahim dan Poltak Sitanggang saat Bincang Bareng Media (BBM) di Medan, Rabu (25/1/2023), survei kegiatan dunia usaha juga menunjukkan peningkatan, terutama pada beberapa LU utama seperti Industri Pengolahan, Perdagangan dan Transportasi. Di sisi lain, kinerja ekspor diprakirakan sedikit tertahan sejalan dengan termoderasinya harga komoditas utama dan kecenderungan turunnya permintaan akibat resesi di negara tujuan ekspor. Hasil liaison Bank Indonesia mengkonfirmasi adanya penurunan permintaan ekspor dan domestik dibandingkan tahun sebelumnya, akibat kenaikan biaya bahan baku dan energi.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan bias ke atas dalam kisaran 4,5-5,3% pada tahun 2022 didorong oleh kuatnya kinerja ekspor serta membaiknya konsumsi rumah tangga dan investasi non-bangunan. Pertumbuhan ekonomi sejalan dengan perkembangan dari sisi lapangan usaha , diantaranya sektor Perdagangan Besar dan Eceran, yang tumbuh cukup kuat, sebagaimana tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Desember 2022 yang tumbuh positif.

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada akhir 2022 tercatat sebesar 5,51% (yoy), jauh lebih rendah dari prakiraan sesuai dengan Consensus Forecast 6,5% (yoy) pasca penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada September 2022. Demikian pula inflasi inti tercatat rendah pada akhir 2022 yaitu sebesar 3,36% (yoy) jauh lebih rendah dari prakiraan Bank Indonesia sebesar 4,61% (yoy). Penurunan inflasi IHK dan inti tersebut sebagai hasil koordinasi yang erat antara Pemerintah dan Bank Indonesia melalui respons kebijakan moneter Bank Indonesia yang front loaded, pre-emptive, dan forward looking didukung oleh pengendalian inflasi volatile food melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai wilayah.

Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi inti tetap berada dalam kisaran 3,0±1% pada semester I 2023 dan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali ke dalam sasaran 3,0±1% pada semester II 2023. Bank Indonesia akan terus memperkuat respons kebijakan moneter, serta terus berkoordinasi dengan Pemerintah guna memastikan penurunan dan terkendalinya inflasi tersebut.

Dibandingkan Sumatera (6,14%, yoy) yang didorong oleh peningkatan harga bahan pangan seperti tomat, cabai merah, ikan dencis, daging ayam ras, dan telur ayam ras, secara bulanan, Indeks Harga Konsumen (IHK) gabungan 5 kota di Sumatera Utara pada Desember 2022 mengalami inflasi sebesar 1,50% (mtm), berbalik arah dibandingkan dengan Oktober 2022 dan November 2022 yang mencatatkan deflasi masing-masing sebesar -0,51% (mtm) dan -0,13% (mtm).Seluruh kota IHK di Sumut mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi sebesar 1,79% (mtm) terjadi di Kota Gunung Sitoli.

Sementara dibandingkan bulan sebelumnya, tingkat inflasi gabungan Sumatera Utara per Desember 2022 mencapai 6,12% (yoy), meningkat signifikan dibandingkan November 2022 yang mencapai 5,03% (yoy). Jika dilihat berdasarkan komponennya, inflasi Desember 2022 terutama disumbangkan oleh kelompok Volatile Food (VF) yang mencatatkan andil inflasi sebesar 1,29% (mtm). Adapun kelompok Core Inflation (CI) dan Administered Prices (AP) juga mencatatkan andil inflasi sebesar 0,14% (mtm) dan 0,07% (mtm).

Penyaluran kredit perbankan pada Triwulan IV 2022 mengalami perlambatan dari 11,11% (yoy) pada Triwulan III 2022 menjadi 6,61% (yoy) pada Triwulan IV 2022. Kondisi initerutama didorong oleh perlambatan pertumbuhan kinerja kredit investasi. Dari sisi sektoral, penyaluran kredit pada sektor Industri Pengolahan dan Konstruksi mengalami perlambatan. Sementara itu, pertumbuhan kredit Sektor Pertanian terlihat mulai membaik menjadi 1,2% (yoy). Lebih dalam, sebagai salah satu penyumbang penyaluran pembiayaan terbesar di Sumut, kredit perkebunan sawit yang termasuk ke dalam kredit pertanian, mengalami perlambatan dari 2,2% (yoy) pada Triwulan III 2022 menjadi 1,1% (yoy) pada Triwulan IV 2022. Sementara itu, pertumbuhan kredit perkebunan karet masih mengalami kontraksi sebesar -2,5% (yoy) pada Triwulan IV 2022.

Risiko kredit perbankan tercatat menurun, tercermin dari penurunan NPL dari Tw III 2022 sebesar 2,46% menjadi 2,44% pada Tw IV 2022. Penurunan NPL ini terutama disebabkan oleh penurunan NPL dari jenis Kredit Modal Kerja dan Kredit Konsumsi. Di sisi lain, upaya perbaikan kualitas kredit pada debitur terdampak COVID-19 yang dilakukan oleh Pemerintah melalui restrukturisasi kredit tercatat telah melewati puncak pertumbuhannya dan berangsur menurun menjadi -25% (yoy) pada Triwulan IV 2022.(RED/MBB)