# Tags
#Bisnis

BI: Ekonomi Sumut Tumbuh, Inflasi Pangan Terkendali

KampusMedan – Medan, Perekonomian Sumatera Utara (Sumut) diperkirakan masih meningkat di tengah ketidakpastian ekonomi global. Salah satu faktor yang mendukung kondisi tersebut antara lain konfiden (kepercayaan) investor masih sangat tinggi.Sementara inflasi di sektor komoditi pangan masih terkendali.

Demikian dikemukakan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumut Doddy Zulverdi, saat Bincang-Bincang Media (BBM), Jumat (30/9/2022)> Menurutnya, kondisi ekonomi Sumut didukung kinerja perbankan pada Agustus 2022 di mana pertumbuhan kredit masih terus naik. Koorporasi di bulan Agustus tumbuh 8,9% lebih tinggi dari dua bulan lalu 7,7%.“Kredit UMKM juga trendnya naik, pertumbuhan masih cukup tinggi. Kredit rumah tangga juga masih bagus,” katanya.

Sejauh ini, lanjutnya, pemulihan ekonomi Sumut didukung oleh perbankan melalui kredit. Meski Doddy tidak menapik masih ada risiko yang akan dihadapi perbankan, namun menurutnya risikonya masih relatif terjaga. Di mana NPL masih dibawah 2,5%.“Mudah-mudahan perbankan tetap terus konfiden menyalurkan kreditnya,” beber dia.

Dengan melihat aktivitas ekonomi di Sumut, tambahnya, pertumbuhan ekonomi masih diprediksi akan lebih dibandingkan 2021. “Kami perkirakan masih akan tetap naik, beberapa risiko memang berdampak dalam pemulihan, tapi masih dibawah 2,1,” ucap dia.

Apalagi, BI Sumut melihat peran kebijakan pemerintah masih tetap kuat. Di mana program PEN terus berjalan, dengan dukungan kebijakan-kebijakan lainnya. Sehingga masih tetap bisa menjaga perekonomian.“Kekuatan untuk pemulihan ekonomi kami lihat juga akan membaik dari tahun lalu. Dari sisi perdagangan juga akan lebih tinggi. Meski risiko ada, mulai dari faktor global, namun konsumsi domestik dan stimulasi dari pemerintah akan mendukung pemulihan ekonomi di Sumut,” tukasnya.

Sementara itu, pascakenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), Bank Indonesia (BI) optimis inflasi di sektor komoditi pangan bisa lebih terkendali. Hal ini terjadi dikarenakan adanya berbagai inisiatif dari pemerintah daerah (Pemda) yang didukung oleh pemerintah pusat melalui pemanfaatan dana bagi hasil, biaya tak terduga.

Kemudian juga, ditopang adanya dana desa yang turut diarahkan untuk pengendalian inflasi, khususnya pangan. “Hal ini akan terasa dan terlihat, sehingga kami cukup optimis bahwa inflasi pangan bisa lebih terkendali. Meski di sisi lain harga BBM (Bahan Bakar Minyak) memang sudah naik,” tambahnya.

Namun, dikatakan Doddy, BI memperkirakan untuk keseluruhan tahun ini diakui inflasi akan lebih tinggi, terutama karena efek dari kenaikan BBM tersebut. Satu hal disampaikan Doddy kembali, adanya faktor penahan terutama di bulan September 2022 ini yang mulai terlihat dan diharapkan akan terus berlanjut sampai pada akhir tahun yakni melalui dukungan berbagai program dalam menjaga produksi pangan.

Seperti misalnya, dengan optimalisasi penggunaan pupuk organik, peningkatan implementasi digital, mendorong produktifitas meningkat melalui dukungan teknologi, perbaikan pola tanam, optimalisasi peran-peran BUMN, BUMD dari sisi distribusi lewat penggunaan dana-dana APBD untuk subsidi, diikuti adanya pengawasan kelancaran distribusi, hingga pada peran BUMD untuk menjaga penyaluran produk-produk komoditas strategis tadi.

Lebih lanjut, dijelaskannya, berdasarkan perkembangan inflasi tahunan, dilihat dari tekanan inflasi Sumatera Utara (Sumut) pada bulan Agustus 2022 dinilai mengalami penurunan, diketahui pada Agustus 2022 ternyata tekanan inflasi tahun Sumut sebesar 5,39% (yoy) lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencatatkan angka 5,62% (yoy) namun masih berada diatas rentang target inflasi nasional 3+_1%.

Komoditas cabai merah dan angkutan udara masih menjadi faktor utama pembentukan inflasi tahunan Sumut pada bulan Agustus 2022. Berdasarkan disagregasinya inflasi tahun periode berjalan didorong oleh seluruh komponen inflasi, khususnya pada volatile food yang mencatatkan andil inflasi tertinggi sebesar 2,32% (yoy). Sementara untuk komponen core inflation dan administered prices mencatatkan andil masing-masing sebesar 2,09% (yoy) dan 1,08% (yoy).

Sementara di bulan September 2022, inflasi Sumut secara bulan diprakirakan lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya. Masih tingginya curah hujan dan peningkatan sifat hujan di bulan September 2022, berpotensi mengganggu produktifitas dan mendorong kenaikan harga komoditas pangan. Berlanjutnya kenaikan harga pupuk dan pakan ternak, kenaikan harga BBM pertalite, solar hingga pertama, serta tingginya harga gabah yang dapat mendorong kenaikan harga beras juga diprakirakan menjadi faktor pendorong pembentukan inflasi Sumut periode September 2022.

Di sisi lain, penegasan Doddy Zulverdi, laju inflasi lebih tinggi dapat tertahan oleh berlanjutnya panen raya bawang merah dan aneka cabai, koordinasi tim pengendali inflasi pusat (TPIP) dan tim pengendali inflasi daerah (TPID) dalam gerakan nasional pengendalian inflasi pangan (Gernas PIP) serta optimalisasi anggaran BTT (Belanja Tidak Terduga) untuk pengendalian inflasi didaerah.(RED/MBB)