# Tags
#Bisnis

Akhirnya BI Naikkan Bunga Acuan BI7Days

KampusMedan – Jakarta. Setelah mempertahankan bunga acuan selama 17 bulan di level 3,5%, akhirnya Bank Indonesia (BI) menaikkan bunga acuan atau BI 7days reverse repo rate ke level 3,75%. Selain itu BI juga menaikkan lending facility 25 bps menjadi 4,5% dan deposit facility 25 bps menjadi 3%.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, keputusan kenaikan suku bunga ini adalah sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi dan inflasi volatile food, serta memeprkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar RUpiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah pertumbuhan ekonomi domestik yangs emakin kuat.

Perry menyebutkan, dalam menempuh kebijakan moneter, bank sentral selalu melakukan berdasarkan pertimbangan. Mulai dari bagaimana cara mengendalikan inflasi inti dan inflasi ekspektasi agar sejalan dengan sasaran yang ditetapkan pemerintah yaitu 3,5% plus minus 1%. “Inflasi inti dan inflasi IHK bergerak beriringan. Pengendaliannya sama,” kata dia dalam konferensi pers, Selasa (23/8/2022).

Per Juni inflasi IHK tercatat 4,94%. Penyebabnya adalah karna tingginya harga kelompok bahan pangan bergejolak pada level 11,47%. “Mestinya inflasi volatile food maksimal 5-6%,” jelas dia.

Dia mengungkapkan inflasi inti memang masih rendah 2,86%. Tapi diperkirakan akan ada lanjutan second round effect dari tingginya inflasi harga bergejolak, kelompok administred prices. Nah inflasi inti ini menunjukkan daya beli dari sisi permintaan.

BI memprediksi angka inflasi inti akhir tahun ini berada di bawah 4%. Kemudian dengan dampak kenaikan harga BBM non subsidi dan kenaikkan inflasi volatile food, maka inflasi akhir tahun ini bisa sedikit lebih tinggi dari 4% yaitu kurang lebih 4,15%.

Lalu untuk inflasi IHK diprediksi mencapai 5,24%. “Ini pertimbangan pertama kenapa kenaikan BI rate sebagai langkah pre-emptive dan ekspektasi inflasi karena dampak dari harga BBM dan volatile food,” jelas dia.

Perry menambahkan dalam merumuskan respon kebijakan BI melakukan kalibrasi atau perhitungan yang cermat dan terukur. Jadi tak cuma respon inflasi inti agar kembali ke sasarannya tapi juga pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini bahkan lebih tinggi dari perkiraan BI.Secara keseluruhan tahun 2022, Perry menyebut pertumbuhan ekonomi bergerak bias ke atas dari perkiraan BI di level 4,5%-5,3%.

Alasan berikut adalah kondisi global yang sangat tidak menentu. Di Eropa dan Amerika Serikat (AS) yang mengalami kenaikan suku bunga berdampak pada aliran modal asing yang terbatas ke Indonesia. Kondisi ini menekan nilai tukar rupiah.

BI berupaya melakukan intervensi di pasar valas sampai DNDF untuk stabilisasi nilai tukar rupiah. “Kami tak hanya memperkuat stabilisasi nilai tukar dengan triple intervention tapi juga penjualan SBN di pasar sekunder dengan menjual SBN jangka pendek untuk memperkuat ilai tukar agar imbal hasilnya menarik jangka pendek dan menarik investasi portofolio dari luar negeri,” jelas dia.(RED/MBB)